Debat kedua Pilkada Balikpapan 2024 yang berlangsung pada Kamis malam, 7 November 2024 menyajikan dinamika politik yang menarik. Namun, Pasangan Calon (Paslon) 02 yaitu Rendi Ismail – Eddy Sunardi Darmawan menuai kritik tajam dari berbagai pihak karena dianggap kurang efektif dalam memanfaatkan waktu. Mereka dinilai gagal menyampaikan program dengan jelas dan konkret terutama dalam tema “Infrastruktur dan Kebutuhan Dasar Publik”.
Minim Solusi Konkret dalam Infrastruktur
Paslon 02 menyampaikan rencana membuka Ring Road 3 dan 4 serta berkomitmen membangun fly over. Namun pemaparan mereka dinilai kurang rinci dan kehilangan kesempatan menjelaskan solusi tepat guna bagi infrastruktur kota. Beberapa program seperti melanjutkan pembangunan fly over yang sebelumnya batal disampaikan tanpa penjelasan detail terkait anggaran atau timeline pengerjaan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Waktu mereka habis sebelum sempat menyampaikan langkah konkret. Padahal, isu infrastruktur seperti ini membutuhkan penjelasan teknis dan komprehensif,” kritik salah satu pengamat politik lokal.
Sektor Transportasi Tanpa Kejelasan Arah
Di bidang transportasi maka Paslon 02 menyoroti pentingnya konsistensi dalam analisis dampak lingkungan lalu lintas. Meski demikian penjelasan mereka seputar pembenahan Ring Road 3 dan 4 serta pembangunan fly over masih terasa samar. Alih-alih memberikan solusi yang jelas namun mereka hanya menekankan perlunya kajian bersama tim legislatif tanpa menyebutkan strategi spesifik untuk mengatasi kemacetan.
“Mereka seperti mengulang-ulang poin yang sama tanpa memberikan jawaban baru. Waktu yang tersedia digunakan untuk pembahasan umum bukan solusi detail,” ujar seorang peserta debat.
Peningkatan Pelayanan Publik yang Terabaikan
Dalam sesi peningkatan kualitas pelayanan publik, Paslon 02 kembali mendapat kritik karena jawaban mereka dinilai terlalu singkat dan tidak menjawab inti pertanyaan. Alih-alih memberikan gambaran jelas tentang inovasi atau digitalisasi pelayanan namun mereka hanya menyampaikan bahwa teknologi harus terintegrasi dengan baik tanpa merinci bagaimana implementasinya.
“Jawaban mereka tidak konkret. Banyak pertanyaan penting yang terlewat karena waktu habis atau jawaban yang terlalu umum,” kata seorang pengamat politik.
Ketidakmampuan Menyampaikan Program dan Efisiensi Waktu
Salah satu kelemahan terbesar Paslon 02 dalam debat ini adalah kurangnya kemampuan memanfaatkan waktu dengan baik. Setiap segmen debat yang diberikan justru diisi dengan pemaparan yang berputar-putar tanpa arah yang jelas. Beberapa isu penting, seperti strategi pembenahan transportasi dan pengembangan pelayanan publik, tidak disampaikan dengan detail.
Hal ini membuat Paslon 02 dinilai membuang-buang waktu debat yang seharusnya dimanfaatkan untuk meyakinkan publik dengan program konkret dan terukur. Kritikan ini semakin mempertegas persepsi bahwa mereka belum siap menawarkan solusi nyata untuk Balikpapan ke depan.
“Debat seharusnya jadi ajang pembuktian visi dan misi, tapi Paslon 02 tampak kehilangan momen untuk meyakinkan pemilih,” simpul seorang analis.