Debat Pilkada Balikpapan 2024 semakin memanas ketika calon petahana Rahmad Mas’ud berhadapan langsung dengan rivalnya, pasangan Rendy-Eddy.
Dalam debat tersebut isu pengelolaan Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi salah satu sorotan utama yang memancing perdebatan sengit.
Rendy-Eddy menyampaikan kritik tajam terhadap pengelolaan ASN selama kepemimpinan Rahmad Mas’ud dengan menyoroti perlunya reformasi yang lebih signifikan untuk meningkatkan kinerja pegawai negeri.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Mereka juga memperkenalkan sejumlah ide baru termasuk wacana insentif berbasis capaian kinerja dan digitalisasi pelayanan publik yang lebih masif.
Namun Rahmad Mas’ud dengan tegas membantah kritik tersebut. Ia menyoroti bahwa selama masa jabatannya telah diterapkan sistem “married system” yaitu sebuah inovasi pertama di Kalimantan Timur yang menurutnya berhasil meningkatkan kompetensi ASN.
Sistem ini juga diperkuat dengan berbagai program pelatihan dan pendidikan untuk mendukung profesionalisme pegawai.
Rahmad Mas’ud menjelaskan bahwa hasil nyata dari kebijakan tersebut telah terlihat seperti meningkatnya efisiensi birokrasi dan pengelolaan administrasi yang lebih baik.
Ia meyakinkan bahwa Balikpapan memiliki sumber daya manusia yang mumpuni untuk mendukung pembangunan kota menuju visi Balikpapan sebagai kota modern dan berkelanjutan.
Jadi disini bisa disimpulkan bahwa Rahmad Mas’ud sudah berpengalaman dengan konsep tersebut dan memberikan pemaparan yang jelas karena beliau sudah menerapkannya.
Di sisi lain Rendy-Eddy menghadapi kritik balik karena ide-ide yang mereka tawarkan dinilai belum memiliki strategi implementasi yang jelas.
Pasangan ini berargumen bahwa pendekatan inovasi teknologi yang mereka usulkan akan memberikan dampak signifikan namun detail pelaksanaannya masih menjadi tanda tanya.
Debat ini memperlihatkan perbedaan mendasar antara pengalaman Rahmad Mas’ud yang telah menunjukkan hasil konkret, dengan visi Rendy-Eddy yang menawarkan perubahan namun masih bersifat konseptual.
Dengan pemilu yang semakin dekat, masyarakat Balikpapan dihadapkan pada pilihan antara stabilitas dengan hasil nyata atau perubahan dengan potensi masa depan.
Isu lain yang menjadi perhatian dalam debat ini adalah strategi pengelolaan anggaran, perbaikan infrastruktur dan solusi mengatasi masalah sosial seperti kemacetan dan banjir, yang turut menjadi faktor krusial dalam menentukan pilihan pemilih.