Kota Balikpapan, yang kini menjadi salah satu penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN), menghadapi tantangan dan peluang baru seiring dengan pemindahan IKN. Wali Kota Balikpapan, Rahmad Mas’ud, mengingatkan pentingnya menjaga budaya lokal, termasuk budaya tanpa klakson, sebagai bagian dari identitas kota yang akan semakin dikenal oleh pendatang baru.
Dia juga menambahkan bahwa budaya orang Balikpapan tidak perlu klakson. Jika nanti ada yang datang kemudian klakson perlu diingatkan itu berarti orang pendatang. Itu adalah kultur yang harus disampaikan.
Pemindahan IKN membawa dampak signifikan bagi Balikpapan. Sebagai kota penyangga, Balikpapan akan mengalami peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas ekonomi. Rahmad Mas’ud menyatakan bahwa kota ini harus siap menghadapi globalisasi dan perubahan yang akan datang.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia mengajak semua elemen masyarakat untuk berkontribusi dalam memanfaatkan momentum ini, baik dalam sektor ekonomi maupun budaya.
Dengan adanya IKN, Balikpapan diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi dan pengunjung. Rahmad Mas’ud menyebutkan bahwa kota ini perlu memanfaatkan Selat Makassar sebagai jalur perdagangan internasional untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Peningkatan jumlah pendatang dapat membawa perubahan dalam struktur sosial masyarakat Balikpapan. Rahmad Mas’ud mengingatkan pentingnya menjaga kerukunan dan harmoni antar warga, terutama di tengah keberagaman yang akan semakin meningkat.
Infrastruktur dan Layanan Publik
Untuk mendukung pertumbuhan yang cepat, Balikpapan perlu melakukan perbaikan infrastruktur dan layanan publik. Rahmad Mas’ud menekankan bahwa penanganan masalah seperti banjir dan penyediaan air bersih harus menjadi prioritas.
Meskipun demikian, Rahmad Mas’ud tetap menyadari bahwa Balikpapan bukan kota penghasil karena tidak memiliki hasil bumi seperti kota / kabupaten terdekat di Kaltim lainnya.
Walaupun begitu kota Balikpapan dapat menikmati pembagian dana bagi hasil dari 10 kota di Kalimantan Timur ini.
Contoh seperti PPU (Penajam Paser Utara) memiliki minyak maka Balikpapan hanya pengeluaran minyak.
Balikpapan juga tidak mempunyai hasil bumi batubara karena memang tertuang dalam perwali yang dilarang untuk mengeksplorasi batubara.
Yang terpenting Kota kita menjadi bersih bahkan dianggap menjadi yang terbaik di Indonesia.
Rahmad Mas’ud juga menekankan baik itu ada atau tidak adanya IKN, Balikpapan akan terus diperbaiki dan dikembangkan agar menjadi hunian kota terbaik di NKRI.
Tambahan darinya bahwa IKN itu memang bonus tetapi dari zaman nenek moyang pendiri Balikpapan memang menginginkan Balikpapan menjadi Distrik City Perekonomian untuk bagian tengah.
Karena memang letaknya yang strategis yang tentunya memiliki keuntungan tersendiri dalam bisnis pelayaran.