Tumpukan sampah di tepi pantai Balikpapan tidak hanya menjadi masalah kebersihan, tetapi juga merupakan ancaman serius bagi lingkungan dan ekosistem laut. Setiap harinya, antara 6 ton hingga 9 ton sampah terdampar di pantai, bahkan jumlah tersebut dapat meningkat saat terjadi angin selatan dan pasang air.
Yang mencolok, banyak sampah yang berasal bukan hanya dari penduduk sekitar pesisir, tetapi juga kiriman dari laut yang terbawa ombak dan arus.
“Ketika air surut, sampah-sampah itu tertinggal dan mencemari kawasan pantai,” kata Kepala DLH Balikpapan, Sudirman Djayaleksana kepada wartawan, pada Kamis (10/4/2025).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Menyikapi situasi ini, DLH Balikpapan menambah jumlah petugas kebersihan, khususnya di Balikpapan Barat (Balbar) yang dikenal sebagai area padat permukiman di atas air.
Sebanyak 20 petugas tambahan ditugaskan, di luar dari 60 petugas yang telah dikerahkan di 10 kelurahan pesisir lainnya.
Namun, DLH Balikpapan menyadari bahwa peningkatan jumlah petugas tidak akan menjadi solusi jangka panjang jika perilaku masyarakat tetap sama. Sudirman menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
“Kami dapat membersihkan pantai yang memiliki daratan, tetapi jika sampah terus berdatangan dari darat atau laut, semua usaha itu sia-sia. Masyarakat perlu sadar, karena segala sampah dari pegunungan dan kota akan mengalir ke laut ketika hujan,” jelasnya.
Dia juga mengakui bahwa volume sampah tidak banyak mengalami perubahan setiap tahunnya. Namun, jika tidak ditangani bersama, dampaknya akan semakin besar, seperti peningkatan pencemaran, kerusakan habitat laut, hingga ancaman banjir akibat saluran yang terhambat.
“Dinas Lingkungan Hidup berharap masyarakat mulai peduli dengan cara sederhana, yakni tidak membuang sampah sembarangan. Karena menjaga lingkungan adalah tugas bersama, bukan hanya petugas kebersihan semata,” tambahnya.